MINGGU ADVEN IV
SENIN, 25 DESEMBER 2017
Renungan Pagi
Yang Tersaji Apa Adanya
Lukas 3:1-9
“…Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya…” (ay.4)
“Mari, Pak Pendeta… silakan dicicipi… kue-kue kering, minuman kaleng dan aneka permen di atas meja ini biasanya hanya sekedar ‘bunga-bunga meja’ kadang tidak disentuh tamu dan masih tersisa hingga awal Maret mendatang… itu pun, karena anak-anak dan keponakan-keponakan yang menghabisinya…”, demikian ungkap seorang Ibu kala kunjungan ke rumahnya di hari Natal. Situasi ini kerap kita jumpai de sekitar Natal secara khusus di tempat-tempat di mana kebiasaan berkunjung, “open house” , dilakukan. Kearifan yang dimaknai dari kebiasaan ini selalu disertai pesan canda ‘tapi ingat ya… yang tersaji apa adanya bukan karena ‘ada apanya’…
Lukas melukiskan tampilan memesona dari Yohanes Pembaptis menyerukan ‘pertobatan’ seiring nubuatan Yesaya untuk ‘mempersiapkan’ dan ‘ratakan’ jalan bagi Tuhan. Lembah ditimbun, gunung bukit diratakan. Panorama akhir yang terlihat adalah ruang untuk ‘memperlapang’ gelanggang kehidupan. Sebuah ajakan untuk menemukan kembali ‘markah tanah’, tengaran atau mercu tanda (‘landmark’) yang tertimbun, patah ataupun roboh agar dapat menemukan jalan kembali menurut navigasi Ilahi memenuhi undangan keselamatan-Nya. Jalan berliku kini diluruskan, berlekak-lekuk diratakan, agar terbentang lapangan kehidupan yang leluasa menatap tindakan Allah yang menyelamatkan manusia dengan kasih-Nya (ayat 5, 6). Tampilan apa adanya dalam bingkai ketulusan dan kejujuran atas hidup kerap bersentuhan dengan sisi kemanusiaan kita yang paling manusiawi tanpa polesan.
Dalam sudut pandang Natal Yesus Kristus, dimensi tinggi, panjang, lebar dan dalamnya kasih Allah kembali kita hayati hari ini. Ketelanjangan-Nya di palung wadah pakan ternak kandang Betlehen dalam balutan lampin apa adanya, seakan menunjuk ketelanjangan-Nya kelak di palang Kalvari membentangkan kembali panggilan kepada kasih tanpa batas dan yang tak terpatahkan. Sebuah ketelanjangan yang mengandaikan perjumpaan yang tulus ikhlas dengan tampilan polos dan jujur ‘apa adanya’ diri kita dengan Allah dan diri kita dengan sesama. Selamat Natal!
Source: Sabda Bina Umat