Minggu V Sesudah Epifania
Senin, 5 Februari 2018
Renungan Malam
TUHAN, ALLAH SEMUA BANGSA
Yunus 4:1-11
“Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku… Tetapi firman Tuhan: “Layakkah engkau marah?” (ayat 3)
Beda dari kitab nabi-nabi, kitab Yunus tidak memuat nubuat seorang nabi, melainkan berupa kisah seorang nabi yang bernama Yunus bin Amitai. Jadi, tidaklah tepat memandang kitab Yunus sebagai laporan historis tentang hidup Yunus, melainkan sebagai “cerita yang bersifat pengajaran atau pendidikan”.
Tidak dikatakan bahwa Yunus berkeberatan bahwa Tuhan mengasihi orang-orang Niniwe, melainkan Yunus berkeberatan bahwa Tuhan tidak jadi melakukan malapetaka rancangan-Nya yang telah ia beritakan kepada orang-orang Niniwe. Jadi, yang menjadi masalah bagi Yunus bukanlah penyelamatan Niniwe, melainkan Tuhan yang mengubah rancangan-Nya. Karena itu, pokok pemberitaan kitab Yunus adalah hubungan Tuhan dengan nabi-Nya.
Bagaimanakan Tuhan menjawab pergumulan Yunus? Tuhan mengajar Yunus dengan menumbuhkan pohon jarak yang cepat besar dan cepat pula layu kena panas. Yunus sayang pohon itu sebab ia bisa berteduh, dan besoknya ia marah karena pohon itu layu. Tuhan berfirman kepada Yunus bahwa ia sayang pohon itu dan marah karena pohon itu layu, padahal ia tidak berbuat apapun untuknya. Tuhan mengajukan suatu pertanyaan retoris (=pertanyaan yang tidak perlu dijawab tetapi dipikirkan dan direnungkan oleh pembaca) kepada Yunus: “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe…?”.
Yohanes menulis: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Di dalam dan melalui Yesus Kristus, Allah sungguh-sungguh mengasihi seluruh umat manusia. Karena itu, tetaplah berharap!
Source: Sabda Bina Umat