Minggu V Sesudah Epifania
Senin, 5 Februari 2018
Renungan Pagi
AKHIRNYA YUNUS PERGI JUGA
Yunus 3:1-10
“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu… Ia pun tidak jadi melakukannya” (ayat 10)
Pada umumnya di GPIB kitab nabi Yunus ini mendapat perhatian pada saat berlangsung pemilihan Diaken-Penatua atau pada saat warga jemaat diminta oleh pendeta untuk melayani di jemaat. Mengapa? Warga jemaat sudah biasa berpikir bahwa permintaan, baik lewat pemilihan maupun lewat penunjukan oleh Majelis Jemaat, untuk melayani di jemaat dipahami sebagai suatu panggilan Tuhan. Karena itu panggilan Tuhan, jangan sekali-kali ditolak, jika tidak ingin celaka seperti nabi Yunus.
Tuhan memanggil dan mengutus Yunus untuk pergi ke Niniwe memberitakan pertobatan, dan jika mereka tidak tobat, maka Tuhan sudah merancangkan malapetaka. Tetapi, dia malah melarikan diri dengan naik kapal ke Tarsus. Tuhan mendatangkan angin ribut, maka terjadilah badai besar, kapal mau tenggelam, dan lewat undi Yunus ternyata penyebabnya, lalu ia dibuang ke laut. Ia ditelan seekor ikan besar dan pada hari ketiga ia dimuntahkan ke pantai. Ia selamat, lalu bersyukur. Tuhan kembali memanggil dia dan kali ini dia taat, lalu pergi.
Setelah penduduk Niniwe mendengar berita yang disampaikan oleh Yunus, maka mereka sungguh-sungguh bertobat (menyesal, berkabung dan berpuasa), bukan saja manusianya juga ternaknya. Karena itu, Allah menyesal telah merancangkan malapetaka atas mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya.
Allah menyesal, lalu mengubah rancangan-Nya! Karena itu, Yunus kesal dan marah kepada Allah. Mengapa? Sebab ia anggap Allah berubah. Betul, Allah membatalkan rancangan malapetaka yang diberitakan oleh Yunus bagi Niniwe, tetapi itu dilakukan Allah karena Ia mengasihi Niniwe yang bertobat. Allah tidak pernah berubah. Ia adalah Allah yang Mahakasih dan yang tetap setia untuk selama-lamanya. Jadi yang tidak berubah ialah Allah itu kasih adanya. Kasih-Nya mengalir, jika kita bertobat!
Source: Sabda Bina Umat