Minggu V Sesudah Epifania
Rabu, 7 Februari 2018
Renungan Pagi
NAAMAN SAKIT
2 Raja-Raja 5:1-7
“Sekiranya tuanku menghadap nabi…, nabi itu akan menyembuhkan…” (ayat 3)
Naaman sakit kusta! Siapakah dia? Dia adalah panglima raja Aram, seorang terpandang di hadapan tuannya dan sangat disayangi, tetapi ia sakit kusta. Sakit kusta adalah suatu penyakit menular yang belum ada obatnya di zaman itu. Pada zaman Alkitab pengidap kusta dianggap orang terkutuk, berdosa, dan najis, karena itu, mereka dikucilkan oleh keluarganya dan masyarakatnya. Jadi, karena kariernya ia sangat terhormat, namun karena penyakitnya ia sangat hina. Itulah Naaman.
Mengapa Naaman pergi ke Samaria untuk mohon kesembuhan kepada nabi Elisa? Hubungan bangsa Aram dengan bangsa Israel kurang baik, kedua bangsa ini seringkali bermusuhan dan berperang. Dikatakan bahwa saran untuk menemi nabi Elisa untk menerima kesembuhan disampaikan oleh seorang perempuan Israel, melalui isteri Naaman. Perempuan ini adalah bekas tawanan, pelayan dari isteri Naaman, namanya tidak disebut. Jadi informan ini bukan siapa-siapa. Pada zaman itu informasi atau kesaksian dari seorang perempuan kurang dihargai oleh masyarakat Timur Tengah dan juga di Israel. Perempuan itu berkata kepada nyonyanya: “Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya” (ayat 3). Karena penyakit kustanya itu tidak sembuh-sembuh, maka Naaman pasti putus asa, sehingga ia mempercayai informasi dari perempuan pelayan isterinya sendiri. Hal ini pertanda bahwa ia sangat berharap sembuh dengan cara apapun.
Perempuan Israel itu, selaku mantan tawanan, sadar bahwa bangsa Aram itu musuh yang jahat baginya, apalagi Naaman selaku panglimanya. Namun, ia juga sangat peduli akan kesembuhan Naaman dengan memberi informasi tentang Elia. Ia mengasihi musuh. Di mana ada kasih, di sana ada kesembuhan, sebab akhirnya Naaman sembuh setelah taat perkataan Elisa.
Source: Sabda Bina Umat