Minggu VI Pra Paskah
Sabtu, 24 Februari 2018
Renungan Pagi
PUJILAH TUHAN
Mazmur 104:1-9
“Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar! Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak.” (ayat 1)
Apa yang membuat kita menyampaikan pujian kepada seseorang? Karena kelebihannya, kehebatannya, kegagahan atau kecantikannya? Atau karena kebaikannya dan perbuatan baiknya kepada kita?
Pemazmur mengantar kita kepada sebuah pemahanam mendasar ketika kita memuji TUHAN: Yang pertama, kita memuji TUHAN dengan keutuhan diri dan hidup kita…pujilah TUHAN, hai jiwaku!.. Kata “Jiwaku” menjadi representasi akan keutuhan diri kita. Jadi memuji TUHAN bukan sebatas ucapan yang keluar dari bibir mulut kita, melainkan dari keutuhan diri kita. Yang kedua, kita memuji TUHAN karena kita mengenal-Nya, kita mengerti dan memahami serta menghayati kebesaran TUHAN dibandingkan dengan apa pun dan siapapun. Sehingga pujian kita kepada-nya adalah pujian yang dilandaskan dengan pengakuan yang kuat bahwa hanya TUHANlah yang patut dipuji! Yang ketiga, kita memuji TUHAN merupakan ungkapan keyakinan dan komitmen kita selaku milik-Nya.
Keagungan dan kebesaran TUHAN menegaskan kepada kita akan kuasa-nya, kedaulatan-Nya dan kehendak-Nya. Dan sebagai ciptaan-Nya, yang dikasihi oleh Allah yang besar, berkuasa dan berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya, bukankah tidak ada alasan lain kecuali kita bersyukur dan bersyukur kepada-Nya karena Dia yang Mahabesar, Mahakuasa, mau dan setia untuk memelihara kita dengan segala keberadaan kita!
Kita awali hari ini, dengan pujian syukur kita kepada Allah! Pujian syukur dengan segenap hati dan keutuhan diri dan kehidupan kita. Pujilah TUHAN, hai jiwaku!
Source: Sabda Bina Umat