Minggu IV Pra Paskah
Rabu, 7 Maret 2018
Renungan pagi
PUJILAH TUHAN ALLAH
Nehemia 9:1-5
“Keturunan orang Israel memisahkan diri dari semua orang asing…dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka” (ayat 2).
Nas mencerminkan ibadah bersama umat. Mereka mengenakan ‘kain kabung’ dengan tanah di kepala. Mereka juga berpuasa (ay.1) dan mengaku dosa mereka dan kesalahan nenek moyang mereka (ay.2). Sementara berdiri di tempat, dibacakan bagian-bagian dari kitab Taurat (lima kitab pertama dalam Alkitab adalah kitab Taurat). Mereka mengucapkan pengakuan dan sujud menyembah kepada TUHAN, Allah mereka (ay.3). Orang Lewi berperan dalam ibadah itu (ay.4-5). Mengapa TUHAN dipuji dan disembah, dibentangkan pada bagian nas berikut, mulai ayat 6 dst., yang antara lain mengungkapkan peristiwa umat dibawa keluar dari tanah Mesir.
Nehemia hidup dan bekerja di zaman raja Artahsasta (atau Artaxerxes I) yang memerintah dari tahun 464-424 sM. Pada waktu itu, atas izin raja Artahsasta, Nehemia kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota itu (2:1 dst.), khususnya tembok kota itu, dimulai pada tahun 538 sM. Usaha pembangunan itu berlangsung tidak tanpa hambatan (lih.ps.4), sehingga harus dikawal ketat.
Pada satu sisi kota yang menjadi pusat peribadahan dan pemerintahan itu dipugar, pada sisi lain kerohanian umat diperbaharui dengan membacakan bagian-bagian dari kitab Taurat (ay.3; 8:3-4) dan memperingati lagi hari-hari raya seperti Hari Raya Pondok Daun (lih. 8:15-19). Di bidang kerohanian tentu orang Lewi harus berperan dengan menunjuk siapa-siapa yang bertugas. Dan titik pusat kegiatan itu adalah TUHAN semata, yang telah bertindak demi keselamatan dan kelangsungan hidup umat-Nya (9:16-31) dan telah menunjukkan kasih setia-Nya, walaupun umat-Nya telah memberontak terhadap-Nya, sebab Allah pengasih dan penyayang.
Melalui nas ini, umat-Nya masa kini digugah untuk memeriksa diri, karena sadar atau tidak sadar, dapat berperilaku bertentangan dengan kehendak TUHAN. Paulus menyatakan bahwa tidak ada ‘orang benar’ (Rm.3:9-18). Imam Besar pun harus mempersembahkan kurban untuk dosanya sendiri (Ibr. 7:27a), agar kita menjadi pribadi dan komunitas yang sedia diperbaharui dan memperbaharui.
Source: Sabda Bina Umat