Minggu III Pra Paskah
Selasa, 13 Maret 2018
Renungan Malam
MENGIKUT KRISTUS ADALAH GARAM
Markus 9:42-50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar dengan apakah kamu mengasinkannya?…” (ayat 50)
Dalam perjalanan Tuhan Yesus bersama para murid ke Yerusalem melewati Kapernaum, Tuhan Yesus justru memberikan pengajaran khusus karena perbincangan tentang upah mengikuti Yesus. Dalam pengajaran itu Tuhan Yesus memberi perintah (ay.37) dan kini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa menyesarkan anak-anak kecil adalah kejahatan yang besar, sehingga lebih baik bagi si penyesat itu untuk dihukum (ay.42). Bagian-bagian tubuh dapat menyesatkan diri sendiri, misalnya kaki, tangan atau mata (ay.43-48). Lalu Tuhan Yesus mengajarkan tentang pola hidup para murid bagaikan garam (ay.50).
Dalam kehidupan ini siapa pun pasti ingin mencegah agar sesuatu tidak menjadi busuk atau menghindari sesuatu yang sudah menjadi busuk. Sesuatu yang busuk itu, bukan hanya dihindari dan tidak disukai oleh semu orang karena pasti merugikan, tetapi juga sesuatu yang dapat menjadi sumber penyakit dan membawa kehancuran/kerusakan dalam kehidupan. Walaupun tampaknya garam bukan benda yang dapat dijadikan kebanggan oleh yang memilikinya, namun justru garam adalah sebuah benda yang sangat dibutuhkan oleh siapa saja. Tanpanya kebutuhan hidup manusia dalam hal ini makanan tidak terasa nikmat. Sesungguhnya fungsi utama garam bukanlah penyedap masakan, melainkan mencegah kebusukan. Kebusukan dalam perilaku jahat sering terlihat jelas dilakukan untuk mencapai sesuatu. Seperti menyebarkan fitnah terhadap seseorang yang tidak disukai.
Mengikut Yesus berarti melakukan segala yang diperbuat dan diajarkan oleh Tuhan Yesus. Kemauan untuk mengikut Yesus kiranya dapat kita umpamakan sebuah garam. Meniru apa yang Tuhan Yesus lakukan dan melaksanakan apa yang Tuhan Yesus ajarkan dapat mencegah kebusukan-kebusukan dalam kehidupan, sehingga kehidupan yang meskipun terasa berat karena penuh tantangan dan pergumulan tetap dapat “dinikmati” dengan sukacita. Kehidupan yang seperti ini adalah kehidupan yang mambawa damai sejahtera Kristus secara konkret, sehingga kehadiran kita dapat mencegak kebusukan-kebusukan yang akan membawa kerusakan, bahkan kehancuran dalam kehidupan ini.
Source: Sabda Bina Umat