Minggu Paskah
Senin, 2 April 2018
Renungan Malam
PERAYAAN MENYUCIKAN UMAT
Keluaran 12 : 43 – 51
Tetapi apabila seorang asing telah menetap padamu dan mau merayakan Paskah bagi TUHAN, maka setiap laki-laki yang bersama-sama dengan dia, wajiblah disunat; barulah ia boleh mendekat untuk merayakannya; ia akan dianggap sebagai orang asli. Tetapi tidak seorangpun yang tidak bersunat boleh memakannya. (ay. 48)
Perayaan Paskah mengandung makna penyucian umat. Mereka yang merayakan Paskah sungguh-sungguh memahami dengan baik dan penghayatan penuh. Segenap jemaat Israel harus merayakannya (ayat 47) tidak terkecuali tua, muda, besar, kecil, laki-laki dan perempuan. Mereka wajib merayakannya di dalam rumah masing-masing. Artinya bahwa perayaan sebaiknya dirayakan dalam suatu persekutuan yang kudus.
Persekutuan kudus yang telah terikat janji Allah sebagai umat-Nya. Setiap mereka yang bukan berasal dari umat Tuhan, bila ingin merayakan perayaan ini harus terlebih dahulu disucikan dalam tradisi sunat (pendatang atau orang asing). Mengapa mereka harus disucikan terlebih dahulu? Sebab identitas sebagai umat menjadi sesuatu yang teramat penting di hadapan Tuhan. Perjanjian Allah kepada umat-Nya Israel sangat jelas, hanya Israelnya yang mendapat hak istimewa sebagai umat-Nya sehingga mereka pun memiliki identitas jelas sebagai umat Tuhan dengan tanda sunat bagi setiap laki-laki.
Perjamuan kudus yang kita rayakan juga memiliki makna yang sama seperti perayaan Paskah Israel. Setiap mereka yang boleh mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus terlebih dahulu belajar tentang makna Perjamuan Kudus itu. Setelah diteguhkan sidinya, mereka diperkenankan mengikuti perjamuan kudus. Jadi setiap perayaan harus dimak-nai dengan baik oleh umat Tuhan agar perayaan ini dapat membekali pemahaman yang lebih baik lagi tentang tindakan penyelamatan Allah dan mendorong ucapan syukur yang diimplementasikan melalui perbuatan nyata bagi kemuliaan Allah. Tanpa pemahaman dan penghayatan yang baik maka akan sia-sialah semua yang dilakukan. Kita diajak untuk mengerti apakah dan sudahkah kita memaknai setiap perayaan keagamaan dengan baik ? Ataukah sekadar merayakannya tanpa mengerti arti sesungguhnya ?
Source: Sabda Bina Umat