Minggu V Sesudah Paskah
Jumat, 11 Mei 2018
Renungan Malam
DI DALAM TUHAN AKU HIDUP DALAM DAMAI
Yesaya 2:1-5
“… dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (ayat 4)
Kehidupan itu istimewa. Ia diciptakan Allah dalam syaloom Allah (“Allah melihat bahwa semuanya itu baik“), tapi manusia yang diberi kuasa menghilangkan syaloom itu. Damai dinodai oleh perang. Manusia yang diberi budi dan akal berbuat dosa dan menciptakan perang, Mengatasnamakan agama, keadilan, kehidupan yang lebih baik, dilakukanlah perang yang melulu berisi kekerasan dan kekacauan. Semua itu pada akhirnya merusak banyak hal. Manusia meniadakan syaloom. Akan tetapi apapun usaha manusia untuk meniadakan damai itu, keputusan Allah tidak akan pernah berubah. Semua yang baik di awal harus terus baik selama-lamanya. Karya keselamatan Allah yang memastikan semua itu sejak awalnya.
Firman Allah yang disampaikan kepada Yesaya menjadi sebuah rencana sekaligus janji Allah kepada umat. Allah akan menetapkan diri-Nya dan kediaman-Nya untuk menjadi sumber penyelamatan itu. Ia akan mengajar dan menyadarkan manusia. Tuhan akan menjadi Hakim yang memutuskan dan menetapkan seluruh bangsa untuk berdamai dan membangun hidup dalam damai itu. Kemarahan akan diganti dengan kasih, ketakutan akan disingkirkan dan diganti oleh damai sejahtera. Tuhan memberi hidup dan hidup itu adalah damai (syaloom).
Syalom Allah inilah yang sedang mendatangi kita. Kita harus menyambutnya dengan pertobatan dan perubahan diri. Bukankah kemarahan dan iri dengki akan menghancurkan diri kita? Bukankah rancangan kejahatan itu melelahkan dan tidak menguntungkan? Kekuatiran dan keserakahan membuat kita tidak pernah puas. Kenapa kita tidak mengenyahkan semua itu dan menggantikannya dengan kasih, sukacita dan damai sejahtera lalu bersyukur kepada-Nya? Renungkanlah dan putuskanlah untuk hidup dalam damai Allah.
Source: Sabda Bina Umat