Minggu Pemuliaan
Selasa, 15 Mei 2018
Renungan malam
KEJARLAH DAMAI SEJAHTERA
Roma 14: 13 – 23
“……mengejar… damai sejahtera” (ayat 19a)
Saat menghadapi kesulitan, beberapa orang tumbuh sayap, sedang yang lain mencari tongkat penyangga (Harold W. Ruoff). Sejak dulu, para filsuf seperti Socrates, Plato dan Aristoteles menekankan bahwa manusia memiliki cita-cita hidup yaitu mencapai kebahagiaan atau keadaan yang baik. Kondisi ini dapat dicapai dengan memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan. Namun bukan hanya pengetahuan, juga tindakan, bahkan tindakan yang mampu mencerminkan kemampuan maksimal manusia. Bagi Plato, untuk memperoleh kebahagiaan selain mengarahkan diri kepada hal-hal yang baik, seseorang harus juga melakukan kewajiban-kewajiban dalam kehidupannya sehari-hari. Socrates membagi ke dalam dua aspek theorein dan praxis. Artinya memandang ke dalam (theorein) yaitu merenungkan suatu realitas secara mendalam. Hal ini melibatkan jiwa manusia dan dianggap sebagai hal paling luhur dan paling membahagiakan. Hidup dalam keutamaan yang dimaksud oleh Aristoteles ialah hidup yang sungguh ditata dengan baik, sementara keutamaan ialah yang mengarahkan manusia pada perbuatan baik. Bagi Paulus, damai sejahtera adalah idaman pengikut Kristus. la sering tidak muncul begitu saja, tetapi ada upaya bersama dalam suatu proses; tidak pasif, tetapi aktif. Rasul Paulus menyebutnya dengan kata mengejar. Ketika kita sudah mengetahui bagaimana mengejar damai sejahtera dan pembelajaran satu sama lain, maka otomatis kita tidak lagi merusakkan pekerjaan Allah hanya karena meributkan hal-hal sepele/sekunder, misalnya makanan. Di sini Paulus mengaitkan bahwa barangsiapa menjerumuskan orang lain ke dalam dosa adalah orang yang merusakkan pekerjaan Allah. Damai adalah tujuan yang layak diusahakan. Kebahagiaan muncul karena mengusahakan hubungan yang penuh damai.
Damai sejahtera Tuhan : (1) senantiasa / selamanya (=kekal, abadi); (2) tidak tergantung pada harta dunia; (3) tidak dipengaruhi situasi kondisi hidup; (4) tidak terpengaruh oleh perasaan. ”Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera, dan yang berguna untuk saling membangun. Artinya orang Kristen harus berpikir, berbicara dan bertindak positif (Eka Darmaputera).
Source: Sabda Bina Umat