RABU, 15 AGUSTUS 2018
Renungan Pagi
KJ.424 : 1 – Berdoa
HAWA NAFSU
1 Yakobus 4: 1 – 6
Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu‘? (ay.1)
Mari menjawab pertanyaan ayat 1 ini, tentang asal mula pertengkaran dan perselisihan. Yakobus menyebut hawa nafsu sebagai penyebab utamanya. Istilah yang dipakai adalah ἡδονή (hedone) yang berarti kenikmatan atau kesenangan; keinginan kuat mendapatkan kesenangan. Istilah ini setara dengan istilah PL, yakni istilah ∩lℵ (‘avah) yang berarti hasrat untuk memiliki (lih. Ul.5:21). Memuaskan keinginan untuk menikmati kesenangan terdapat dalam berbagai aspek kehidupan, mlsalnya pada harta dan kekayaan, jabatan dan kedudukan, keinginan seksual, dan atau segala sesuatu yang dikejar demi menikmati kesenangan. Orang seperti ini kemudian diidentikkan dengan suatu paham hidup yang disebut dengan hedonisme, yakni paham yang menyebut bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan hidup manusia.
Yakobus memberikan peringatan keras tentang hawa nafsu ini. Sebab demi mendapatkan sesuatu untuk memuaskan dirinya, tiap orang akan mengupayakan berbagai cara termasuk merugikan orang lain sekalipun. Akibatnya, pertengkaran dan sengketa dengan orang lain tidak terelakkan lagi (ay.1). Selanjutnya, menurut Yakobus, hawa nafsu menjadi alasan bagi Tuhan untuk tidak menjawab doa dan permintaan seseorang karena demi memuaskan keinginan dan kenikmatannya saja (ay.3). Sifat dan sikap seperti ini bertentangan dengan kehendak Allah. Sebab orientasi dari hawa nafsu adalah keinginan duniawi dan kedagingan. Menuruti keinginan daging atau duniawi ini setara dengan bersahabat dengan dunia dan bukan dengan Allah. Itu berarti dengan sengaja menjacli musuh Allah (ay.4).
Kesenangan dan kepuasan adalah bagian dari kehidupan ini. Tetapi tidak berarti membuat kita mengejarnya secara membabi buta. Kesenangan dapat diperoleh di dalam Tuhan. Kepuasan hidup ada pada-Nya. Tuhanlah sumber kepuasan (Mzm.103:5) dan bukan dunia ini. Maka seharusnya pula, Tuhanlah yang kita cari dan bukan kenikmatan dunia. Jika tidak, kita telah tertawan oleh Hawa Nafsu.
KJ.424 : 3
Doa : (Tuhan, jagalah hatiku dari Nafsu Dunia yang mendukakan hati-Mu)
Source: Sabda Bina Umat