MINGGU III SESUDAH EPIFANIA
KJ 3:1,2 – Berdoa
HIKMAT DAN BUAHNYA
Yakobus 3:17-18
Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai {ay.18)
Dalam salah satu acara stasiun televisi, terdapat seorang pria yang selalu memberikan kata-kata bijak. Pria ini juga menjawab berbagai pertanyaan tentang permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan jawaban bijak. Setiap ucapannya terdengar begitu masuk akal dan amat bijak. Tidak lama setelah acara itu, muncul berita bahwa pria yang sama tidak mengakui anak kandungnya sendiri. Fenomena demikian adalah fenomena yang seringkali terjadi dalam masyarakat kita. Seorang muncul di depan layar sebagai motivator, namun di balik layar kehidupannya tidak seindah yang ia katakan. Kata-Kata yang indah rupanya hanya menenangkan hati dan pikiran sesaat. Namun; tidak memberikan jawaban untuk tantangan sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Lalu bagaimana kita melalui hari-hari yang berat dengan keyakinan yang kuat bahwa akan ada hari-hari baik di masa depan?
Bacaan malam ini memberikan suatu jawaban bagi pertanyaan di atas. Jawabannya ialah hikmat dari Tuhan. Untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan, manusia perlu menunjukkan sikap bahwa ia layak untuk hikmat itu. Sikap itu ialah penurut, penuh belas kasih, pendamai, peramah, dan tidak munafik (ay 17). Untuk menunjukkan sikap demikian, manusia harus berhadapan dengan dirinya sendiri. Umumnya, kita lebih mementingkan diri sendiri dan tidak begitu peduli dengan keadaan sekitar kita lebih suka untuk berada pada zona aman dan tidak ingin mengambil risiko yang berbahaya. Hal-hai itu harus kita atasi untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan.
Sikap hidup diatas memaksa kita untuk keluar dari Zona aman. Kita harus belajar untuk peduli dengan orang lain dan tidak egois. Kita harus belajar untuk mengasihi orang lain terlebih dahulu daripada diri kita. Lalu, adakah manfaatnya? sikap hidup demikian untuk diri kita sendiri?
Hikmat dari Tuhan bagai pedang bermata dua. Ia mendatangkan kedamaian bagi orang lain dan juga bagi diri kita sendiri. Itu adalah buah dari hikmat Tuhan. Saat kita berbuat baik terhadap orang lain; sesungguhnya kebaikan itu sendiri menyentuh hati kita. Demikian pula halnya dengan “pembawa-perdamaian”. Damai tidak hanya bagi yang menerima, tetapi juga bagi yang memberi.
KJ. 3:4
Doa: (Tuhan, ajari aku untuk mengasihi orang lain sebelum diriku sendiri)
Source: Sabda Bina Umat