MINGGU IV SESUDAH EPIFANIA
GB.214:1 – Berdoa
MELEPASKAN SAKIT HATI
Kejadian 12:16-20
Mengapa engkau katakan: dia adikku, sehingga aku mengambilnya menjadi isteriku? Sekarang, inilah isterimu, ambillah dan pergilah!” (ay 19)
Firaun mengetahui kebohongan Abram melalui tulah yang terjadi di Mesir. Sebagai seorang raja, Firaun pasti sangat marah dari sakit hati karena dibohongi oleh rakyat, apalagi seorang asing yang datang ke negerinya. Secara aturan pasti ada hukuman berat bagi Abram karena telah ‘menghina’ orang Mesir dengan membohongi raja mereka yang merupakan simbol kekuasaan tertinggi. Akibat dari kebohongan Abram, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dengan mendatangkan tulah atas Mesir. Tuhan tetap menyertai Abram sebagaimana janji-Nya. Karena Tuhan, maka Harun tetap memperlakukan Abram dengan baik. Firaun tidak menyimpan sakitnya, tetapi melepaskan sakit hatinya terhadap Abram. Firaun juga tidak pura-pura memaafkan tetapi dengan tulus memaafkan. Hal ini terlihat melalui tindakan Firaun terhadap Abram : mengembalikan Sarai, isteri Abram dan tidak meminta kembali hadiah yang diberikan kepada Abram. Firaun memberikan perlindungan terhadap Abram dan Sarai.
Sakit hati menjadi bagian dari diri manusia : sakit hati dibohongi, tidak dihargai, dicurangi dan diperlakukan tidak adil. Apakah menyenangkan hidup dalam sakit hati? Tidak. Menyimpan
sakit hati hanya mendatangkan penyakit. baik fisik maupun batin; mengganggu hubungan antar sesama. Karena akan menimbulkan pertengkaran, dendam dan luka batin. Karena itu menjadi penting untuk hidup dalam pengampunan dan kasih dengan melepaskan sakit hati terhadap sesama. Melepaskan sakit hati berarti memaafkan dengan setulus hati tidak merasa diri yang benar, tidak terus-menerus memperbincangkan tentang hati yang terluka, tidak mengungkit-ungkit kesalahan atau kebaikan yang telah diperbuat. Pokoknya, memaafkan dengan setulus hati. Selamat memasuki malam dalam istirahat dengan hati yang telah berdamai dengan diri sendiri dan sesama.
GB.62:3
Doa : (Tuhan, mampukan kami melepaskan sakit hati terhadap sesama, sehingga kami dapat hidup dalam damai).
Source: Sabda Bina Umat