MINGGU II PRAPASKAH
GB.16 : 1,2 – Berdoa
BELAJAR PEKA PADA SUARA TUHAN
1 Raja-Raja 22:41-51
“Yosafat membuat kapal-kapal Tarsis untuk pergi ke Ofir… tetapi kapal-kapal itu tidak jadi pergi ke sana” (ay.49).
Yosafat adalah putra raja Asa. Ia adalah penggambaran kita yang hidup di abad ini. Berusaha untuk setia tetapi seringkali gagal, berdamai dengan kesalahan orang lain agar diterima oleh lingkungannya. Tahu mana yang boleh mana yang tidak, tetapi “melihat dari balik jari-jari.” Pura-pura tidak tahu selama konsistensi iman sendiri tidak terganggu. Kalau tidak mau diganggu, jangan mengganggu, mungkin seperti itu bahasanya.
Yosafat berbesan dengan raja Ahab, bahkan membangun kerjasama militer dan perdagangan dengan Ahazia putra Raja Ahab, menantunya. Alasannya sangat politis. Tetapi ketika nabi Eliezer menegurnya, Yosafat sadar dan dengan tegas menolak untuk melanjutkan kerjasamanya dengan Ahazia. Yosafat tidak mengeraskan hatinya, mengerti dan mau mengakui kesalahannya. Ia mau diajar untuk diubahkan menjadi orang yang bukan hanya tahu kepada siapa beriman, tetapi berani menyaksikan iman itu kepada orang lain tentang siapa Allah yang disembahnya.
Kita seringkali berhadapan dengan bujuk rayu hedonisme, egoisme, eksklusivisme yang menantang kekristenan kita. Kita bahkan hanyut mengikuti arus dunia. Ketika firman Tuhan menegur kita, apakah kita dapat bertindak seperti Yosafat yang menyadari lalu mengubah dirinya? Atau kita mengeraskan hati? Belajarlah peka pada suara Tuhan.
GB. 196:1
Doa : (Ya Tuhan tolonglah agar kami tidak menjadi anak-anak Tuhan yang keras kepala dan keras hati. Ajarkan kami untuk memiliki kerendahan hati untuk mau mendengar suara-Mu)
Source: Sabda Bina Umat