MINGGU VIII SESUDAH PENTAKOSTA
KJ.380 : 1 – Berdoa
HIKMAT HANYA BISA DIMINTA DARI TUHAN
Ayub 12:12-20
Tetapi pada Allah-lah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian. ( ay.13)
Ada hal menarik untuk diperhatikan dalam masyarakat kita. Jumlah warga terdidik kita makin banyak, tapi pelanggaran hukum makin merajalela dan masyarakat tetap sengsara. Upaya untuk mengurangi sengsara rakyat, malahan mendapat tanggapan negative dari pemuka masyarakat. Rupanya kita punya makin banyak orang pintar, tetapi makin sedikit orang berhikmat. Kepintaran digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya, karena orang pintar kehilangan hikmat.
Istilah hikmat berasal dari kata “hakkam” yang berarti arif. Dari kata hakkam itu kita beroleh kata hakim. Bahwa hakim tidak selalu hakkam, itulah ironinya, karena itulah ketika Tuhan Allah bertanya kepada Salomo apa yang mau dimintanya, maka yang diminta Salomo adalah “hikmat” (1 Raj. 3:4-14). Ilmu membuat pintar. Maka ilmu dituntut dan dipelajari. Hikmat berisikan kearifan. Maka hikmat tidak dituntut, tapi diminta dari Allah. Sebab hanya Allah yang punya pengertian dan pertimbangan serta kekuatan melebihi semua kemampuan yang ada pada manusia. Hikmat, harus diminta dari Tuhan, sebab hanya Tuhan yang menjadi sumber hikmat. Karena itu orang yang mau berhikmat, harus punya kedekatan dengan Tuhan.
Dengarlah jeritan masyarakat kecil tentang keadilan. Simaklah ungkapan bahwa pemberlakuan hukum tajam kebawah, tumpul keatas. Ketidak-adilan tampil tanpa ada rasa malu, dan jadi pameran kekuasaan. Hasilnya, akhli hukum masuk penjara karena melawan hukum. Sudah ada begitu banyak usul untuk memperbaiki masyarakat. Sampai kita tidak tahu yang benar yang mana. Kalau Ayub jadi warga masyarakat kita, dan ketika kepadanya diminta komentar tentang penyelesaian soal dalam masyarakat kita, maka dia akan memberikan komentar yang sama yang dibutuhkan adalah hikmat, dan hikmat hanya bisa diminta dari Tuhan. Mari minta hikmat-Nya !
KJ.380 : 2
Doa : (Tuhan berikan aku hikmat dan kearifan supaya aku jangan sesat di belantara kehidupan)
Source: Sabda Bina Umat