MINGGU XIV SES. PENTAKOSTA
♪ KJ. 379 : 1, 3 – Berdoa
Timotius 4 : 12 13
Dianggap Rendah Oleh Anak
Opa Ales hendak membantu El mengerjakan PR. El yang adalah seorang siswa kelas 2 SD menyangsikan kemampuan opanya. El berkata, “Memangnya, opa ‘ngerti pelajaran El? Opa kan dulu engga sekolah di sekolah El?” Di tempat lain, Pak Subur yang tinggal di desa hendak membelikan mainan untuk Rey. Rey yang baru datang dari ibukota berkata, “Memangnya, Pak De punya uang? Mainan itu, kan, mahal?” Dalam konteks keluarga seperti itu, orang dewasa yang dianggap rendah oleh anak kecil, masih dapat menganggap lucu pemikiran seperti itu. Berbeda jadinya jika keraguan itu dilontarkan oleh anak yang baru beranjak remaja atau yang sudah dewasa.
Ketika anak beranjak remaja, mulai mampu memperhatikan apakah tingkah laku orang tua sesuai dengan nasihat bahkan teguran yang sering disampaikan kepada tua yang tersinggung dengan daya kritis anak. Padahal, bukan hanya mereka yang terganggu secara emosional, anakpun akan mengalami krisis dan memendam kekecewaan yang luar biasa terhadap orang tuanya. Sebelum daya kritisnya terbentuk, anak menganggap orang tua sebagai ‘sumber kebenaran’ yang harus ditaati dan ditakuti. Anggapan itu akan berubah drastis ketika anak menyadari bahwa temyata orang tua tidak ‘sesempurna’ yang mereka kira selama ini. Kekecewaan yang sangat berpotensi untuk mengganggu perkembangan mereka ini seringkali diabaikan, walaupun sebenarnya terus muncul dalam setiap pertikaian antara orang tua – anak.
Kali ini, firman Tuhan mengingkatkan, jangan sampai kita dianggap rendah karena tidak layak diteladani oleh anak bukan karena mereka masih muda (kecil), Setidaknya, selaraskanlah perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucian supaya orang akan menaruh hormat bukan merendahkan kita.
♪ KJ. 379 : 6, 7
Doa : (Ya Tuhan, tolonglah kami untuk menyelaraskam kata dan tidak mengecewakan mereka yang menganggap kami sebagai panutan)