MINGGU XV SES. PENTAKOSTA
♪ GB 353 : 1, 2 – Berdoa
Amsal 17 : 1 – 3
Damai Itu Indah
Seorang ibu mengisahkan perjalanan hidupnya yang sarat dengan pengalaman traumatis. Pada masa remaja ia menjadi gadis yang sangat tidak percaya diri. Sebagai anak terua ia ikut memikirkan kebutuhan ekonomi keluarga. Maka setelah taman SMA, ibu ini mengadu nasib ke kota besar dan bekerja sebagai asisten rumah tangga. Ia menutukan adanya ketidaknyamanan hidup dengan keluarga majikan yang suka bertengkar, mengucapkan kata-kata kotor dan sumpah serapah. Soal makan dan minum bukanlah masalah, namun interaksi hubungan suami istri yang tidak harmonis, berdampak pada perilaku terhadap anak-anak dan membuat keluarga majikannya itu bagaikan neraka. Namun ibu ini tetap sabar bekerja dan melewati masa-masa berat bersama keluarga majikannya.
Nasihat Amsal pasal 17 memperlihatkan sejumlah ucapan mengenai perselisihan (ayat 1, 4, 14, 19, 20). Perselisihan adalah individu maupun kelompok dengan individu atau kelompok dengan individu atau kelompok lainnya. Perselisihan itu dapat menimbulkan konflik yang berkepanjangan, apabila tidak diselesaikan segera. Hubungan yang semula harmonis berubah menjadi hubungan yang tidak nyaman. Kemarahan, kekecewaan, sakit hati bahkan antipati mengemuka. Oleh karena itu Amsal berseru, “Lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketentraman, daripada makan daging serumah disertai dengan perbantahan”. Orang yang suka berbantah-bantah memperlihatkan adanya ketidakmatangan secara emosional. Solusi terbaik adalah carilah Tuhan dan dekat kepada-Nya. Jagalah hati kita dengn bercermin pada Firman-Nya. Jadilah alat damai sejahtera di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Sebab damai itu indah. Itulah damai yang disediakan bagi mereka yang mencari hikmat-Nya, dan mengasihi-Nya dengan sepenuh hati.
♪ GB 353 : 3
Doa : (Ya Tuhan, isi hidupku dengan anugerah damai sejahtera-Mu)