Refleksi 1: Waktu bertugas di Balikpapan, kami membentuk suatu komunitas kecil terdiri dari para pendeta dan pastor yang melayani gereja-gereja di Balikpapan. Suatu saat kami berani memutuskan bertukar melayani Firman Allah dalam ibadah minggu. Salah seorang pendeta senior dari Gereja Bethel Indonesia Sepenuh (GBIS) memimpin khotbah di gereja GPIB Maranatha dan saya memimpin khotbah di Gereja Pentakosta Pusat Surabaya di Parkesit, Balikpapan. Masing-masing pendeta saling berkonsultasi terlebih dahulu. Saya katakan kepada pendeta GBIS: “Silahkan pak pendeta berkhotbah, biasanya lama khotbah dalam ibadah Minggu di GPIB, sekitar 15-20 menit dan jika bapak dengar ada yang mulai batuk-batuk kecil, itu tandanya yang batuk-batuk itu minta bapak mengakhiri khotbahnya.” Kami sama-sama tertawa. Pendeta GBIS juga mengatakan, “Silahkan bapak khotbah di gereja Pentakosta, apa maunya bapak, satu jam itu terbilang kurang, karena anggota jemaat diajak bersaksi, pastikan tidak ada anggota yang batuk-batuk, tapi mungkin ada yang menangis”. Kami tertawa lagi.
Refleksi 2: Suatu saat, saya diminta memimpin ibadah minggu di suatu jemaat GPIB yang sedang bermasalah. Pada saat memasuki unsur pengutusan, tiba-tiba seorang ibu berdiri, berjalan ke depan dan mengucapkan kata-kata kasar (kalau tidak salah protes yang ada hubungannya dengan warta jemaat). Dari mimbar saya menegor beliau: “ibu duduk, ini masih dalam ibadah jemaat” dan lanjut dengan kata-kata pengutusan yang saya ambil dari Matius 7:24-27 sebelum melanjutkan dengan pemberian berkat bagi jemaat.
Nah, silahkan anda memperdalam pemahaman tentang apa Roh Allah dan roh dunia? Nilailah dua contoh diatas, manakah tindakan termasuk karya Roh Allah dan manakah termasuk roh dunia? Apakah nasihat anda? (lih.1 Yoh.4:1: Mat.10:20, 12:31,32: 1 Kor.2:10-16).
♪KJ. 237:2
Doa : (Datanglah ya Roh Kudus, teguhkan hidup kami bersama-Mu dan bersama dengan semua orang yang Tuhan tempatkan di lingkungan kami)