Minggu Paskah
Jumat, 6 April 2018
Renungan Malam
PENYEMBAH YANG BENAR
2 Tawarikh 30 : 10 – 27
Hizkia mengucapkan kata-kata pujian kepada semua orang Lewi yang menunjukkan akal budi yang baik dalam melayani TUHAN. Demikianlah orang memakan makanan perayaan selama tujuh hari, sambil mempersembahkan korban keselamatan dan mengucapkan syukur kepada TUHAN, Allah nenek moyang mereka. (ay.22)
Banyak cara dilakukan menyembah Allah. Kaum naturalis misal-nya, sangat terinspirasi menyembah Allah di luar gedung atau di alam terbuka. Kaum sensate menyembah Allah dengan menggu-nakan indera yang melibatkan pandangan, pengecap, penciuman dan sentuhan. Kaum tradisionalis merasa dekat dengan Allah me-lalui upacara-upacara, liturgi-liturgi, simbolisasi dengan struktur yang tidak berubah.
Bacaan ini mengingatkan hal penting yang Allah inginkan apa-kah kita sungguh-sungguh jujur di hadapan-Nya melalui penyem-bahan kita? Ketika umat kembali merayakan Paskah, Hizkia me-ngatur segala sesuatu dalam ibadah umat karena umat bukan ha-nya mengingat-rayakan tetapi juga mengambil bagian dalam ibadah dan pelayanan tersebut. Masing-masing kaum diatur untuk menjadi bagian dalam tatanan yang telah ditetapkan. Hizkia sendiri menjadi pendoa bagi mereka yang belum dapat melaksanakan perayaan tersebut. Hizkia memohon pengampunan Allah atas ketidaklayakan mereka dan Allah mendengar doanya sehingga bangsa itu selamat (ayat 20).
Bacaan ini mengajak kita merenungkan satu hal: sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam penyembahan kita? Allah tidak berkenan jika kita hanya menyanyikan lagu-lagu tanpa akal budi, tanpa penghayatan penuh, hanya mengucapkan doa-doa klise yang sifatnya rutin. Allah menginginkan agar dalam pertemuan ibadah, kita turut menggunakan akal budi. Seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 14 bahwa segala sesuatu harus berlangsung sopan dan teratur. Matt Redman, seorang gembala sidang di Inggris menulis sebuah lagu klasik: Heart of Worship” : “Aku akan membawa bagi-Mu lebih dari sekadar lagu, karena lagu itu sendiri bukanlah apa yang Engkau tuntut. Engkau mencari jauh lebih dalam daripada hal-hal yang tampak. Engkau melihat ke dalam lubuk hatiku. Tuhan melihat hati”.
Source: Sabda Bina Umat