KAMIS, 12 JULI 2018
Renungan Pagi
GB.158 : 1 – Berdoa
KONFLIK DALAM PELAYANAN
Matius 16:21-23
Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: “Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan hagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah. melainkan apa yang dipikirkan manusia.” {ay.23)
Mari kiia jujur mengakui, bahwa konflik dalam jemaat sering muncul, Karena perbedaan pendapat di kalangan presbiter. Banyak perselisihan dan perseteruan yang terjadi, dikarenakan tiap presbiter saling menonjolkan gagasan pelayanan, tanpa mendengar pendapat yang lain. Keadaan ini telah terjadi pada masa murid-murid. Yesus memiliki gagasan sendiri tentang pelayanan yang sedang dilakukan-Nya. Buah pikirannya berbeda dari yang dipikirkan mereka. Petrus berpikir, bahwa Yesus memiliki kekuatan kuasa yang dahsyat. Ia adalah Mesiah, utusan Allah, yang akan menjadi Raja Israel; sebab itu, Yesus tidak boleh menderita. Tuhan, Allah Israel, akan membuat Yesus menjadi penguasa umat-Nya. Pada saat itu, sebagai pengikut Yesus, Petrus berharap akan menduduki posisi cukup strategis. Petrus tidak memahami pikiran Gurunya. Sama seperti Yudas dan orang Israel umumnya, mereka berpikir tentang Mesiah sebagai penguasa politis. Sementara
Yesus tidak demikian. Ia menyadari akan ancaman yang membahayakan hidup-Nya, karena melakukan kehandak Bapa-Nya. Itulah alasan Yesus membentak Petrus, karena reaksinya terhadap pandangan pribadi Yesus.
Kasus ini sering muncul dalam kebersamaan presbiter ketika membahas masalah pelayanan. Masing-masing menonjolkan pendapatnya, dan tidak mau mangalah. Ujung-ujungnya timbul kericuhan, bukan saja dikalangan pelayan melainkan juga merambat sampai seluruh warga jemaat. Akibatnya terciptalah kerusuhan yang meretakkan kehidupan berjemaat. Dalam kasus ini kita perlu menyoroti latar belakang pemahaman Yesus tentang pelayanan-Nya. Bagi Yesus, Ia akan membangun persekutuan baru. Tldak sama dengan penguasa duniawi. Ia punya keinginan untuk membangun persekutuan damai sejahtera berbasis kasih sayang. Dan, tugas itu akan membuat hidupnya terancam kematian. Ia sadar, bahwa pasti dirinya dikorbankan; akan tetapi Yesus tabah menerima keadaan itu, jika dikehendaki Allah Bapa-Nya. Ia tidak memberontak, tetapi setia mengasihi sesama dan taat rnemberlakukan tugas ilahi.
Cerita ini perlu dikaji secara mendalam untuk mengevaluasi sikap arogansi dalam pelayanan bersama, agar pelayanan Kristen dapat menghadirkan damai sejahtera bagi semua orang.
GB.158:3
Doa : (Bapa, kiranya pelayanan kami dapat menghadirkan damai sejahtera-Mu)
Source: Sabda Bina Umat