HARI MINGGU II SESUDAH PENTAKOSTA
GB.345:1,2 – Berdoa
PERSATUAN INDONESIA
Kisah Para Rasul 2 : 41 – 47
“…selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya , lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing”
(ay.45)
Adalah salah kalau kita menyamakan kondisi Jemaat pertama dengan masyarakat komunis. Dalam masyarakat komunis, orang ‘diambil‘ harta pribadinya untuk dijadikan milik komunal. Sedangkan dalam jemaat abad pertama, orang sebagai pribadi ‘memberikan‘ apa yang dia miliki sebagai tanda kasih terhadap sesama, dan hal ini dilakukan dengan gembira.
Dalam Jemaat pertama ada warga negara Roma, ada yang namanya orang merdeka, dan ada yang budak. Mereka dipersatukan oleh seorang tokoh yang namanya Yesus Kristus. Yesus Kristus mengajar tentang saling mengasihi dan mengampuni. Dalam saling mengasihi orang membantu sesamanya. Dalam saling mengampuni, orang mengabaikan batas tinggi rendahnya golongan dalam masyarakat.
Kita sebagai bangsa Indonesia berasal dari suku bangsa, pulau-pulau, budaya-budaya dan bahasa-bahasa yang semuanya berbeda-beda. Namun, sebagai bangsa yang merdeka, kita katakan kepada dunia bahwa kita berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu, yakni ‘Indonesia‘. Secara Kristiani, hal ini berarti bahwa orang Kristen di Indonesia harus peka terhadap keadaan lingkungannya dengan mencontohi iman jemaat pertama.
Kita mesti resah kalau disekitar kita ada orang yang berkekurangan, dan sengsara. Kita harus resah kalau ada yang mengambil keuntungan dari bantuan yang harusnya jatuh ke tangan korban bencana alam misalnya. Dalam masyarakat Alkitabiah abad pertama, pertanyaan bagi setiap orang adalah bagaimana saya mewujud-nyatakan kasih. Apa yang bisa saya buat, bukan apa yang bisa saya dapat. Kalau ini kita lakukan, maka kita sungguh-sungguh memahami makna ‘persatuan Indonesia‘. Bukan sekadar sebagai jargon, melainkan justru dari lakon.
GB.345 : 3
Doa : (Ya Roh Kudus, teguhkan kami untuk rela menopang sesama dalam hidup bersama sebagai saudara sebangsa dalam mewujudkan persatuan Indonesia)
Source: Sabda Bina Umat