Minggu V Sesudah Paskah
Minggu, 6 Mei 2018
Renungan Malam
DAMAI VS DOSA
Yesaya 48:20–22
“ Tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik!” firman Tuhan” (ayat 22)
Pernah seorang tersangka pelaku tindak pidana korupsi berusaha meloloskan diri dari pengadilan. Tidak lama terciptalah adegan tabrakan yang membuat benjolan sebesar “ba’pau’ di kepalanya. Adegan ini tidak serta-merta membuatnya lolos dari penyelidikan, karena itu dibuatlah lagi adegan tutup mulut karena diare pada saat persidangan. Sayangnya tidak ada yang berhasil, penyelidikan dan persidangan terus berlangsung bahkan berkembang.
Memang menyembunyikan kesalahan adalah usaha yang melelahkan dan menyita waktu, pikiran, tenaga dan materi. Kesalahan yang tersembunyi ternyata tetap saja terbongkar. Mereka yang menyembunyikan kesalahan pastilah terikat dengan perasaan takut dan kuatir, terbelenggu dengan pikiran-pikiran dan rencana-rencana untuk meloloskan diri. Akibatnya mereka hidup tidak damai. Ketika Tuhan menjadi Penebus bagi bangsa Israel, Tuhan melepaskan mereka dari rasa takut, kuatir dan malu akibat dosa itu seperti dikatakan: keluar dari Babel dan larilah dari Kasdim. Kesabaran Allah membuat-Nya mengukuhkan kasih-Nya kepada bangsa Israel dan memberikan perintah pembebasan-Nya. Namun demikian, ada juga nada peringatan tentang harga yang mahal dari ketegaran hati (=kefasikan) yakni ketiadaan damai sejahtera yang berarti ketiadaan kesehatan rohani.
Semua orang yang mengeraskan hati dan tidak mau bertobat bahkan berusaha nampak benar akan kehilangan damai sejahtera lalu mengalami sakit rohani (kepahitan, ketakutan, kekuatiran, terus-menerus curiga, marah, dengki, selingkuh, munafik). Ia akan jauh dari hidup sukacita. Jadi, apalagi yang kita tunggu sehingga berlama-lama dalam usaha menutupi dosa. Adalah lebih baik kita datang kepada Tuhan, mengakui dosa dan kelemahan kita agar kita dibebaskan oleh Tuhan dan mengalami damai sejahtera-Nya yang sempurna.
Source: Sabda Bina Umat