Minggu I Sesudah Epifania
MINGGU, 7 JANUARI 2018
Renungan Pagi
HATI YANG PILU MENYAKSIKAN KEJAHATAN
Kejadian 6:5-8
“maka menyesallah TUHAN… dan hal itu memilukan hati-Nya” (ay.6)
Hati adalah pusat pertimbangan manusia. Keputusan hati akan berakibat pada perilaku. Ayat 5 berbicara tentang hati manusia. Di situ manusia telah mengambil keputusan untuk melakukan kejahatan. Yakonus 4:1 menyatakan bahwa hawa nafsu yang menyebabkan keinginan yang saling bertentangan. Hawa nafsu bila tidak dapat dikendalikan akan mendatangkan kejahatan. Itulah keadaan manusia, juga kita. Bacaan kita menyatakan bahwa hati manusia menyebabkan kejahatan yang melawan dan merusak kehidupan di bumi kita ini.
Ayat 5 mengungkapkan hati Allah yang pilu ketika melihat kejahatan manusia. Laksana hati seorang ayah yang pilu ketika menghadapi kejahatan anak-anaknya. Begitulah Allah hadir untuk melawan kejahatan manusia ciptaan-Nya. Sama seperti Yesus yang tergerak hatinya oleh belas kasihan dan menjamah orang kusta yang datang kepada Yesus-Nya (Markus 1:40-42) atau belas kasihan-Nya terhadap seorang janda yang anaknya meninggal dunia (Lukas 7:13). Begitulah Allah menaruh belas kasihan keada ciptaan-Nya yang telah dirusak oleh kejahatan manusia. Allah sebelumnya sangat memercayai manusia untuk melestarikan ciptaan-Nya (Kej. 1:28). Tetapi manusia telah menyalahgunakan kuasa yang diberikan. Jadi Allah mengambil keputusan untuk bertindak. Ia menghancurkan hawa nafsu kekuasaan manusia dengan mendatangkan air bah.
Dari bacaan ini kita merenungkan bahwa Allah sering kita anggap jauh dari dunia kita. Ternyata Ia hadir dan memantau perilaku kita. Hati Allah merasa pilu terhadap perilaku kita yang menyimpang. Karena itu firman menegur kita supaya hidup dalam pertobatan.
Source: Sabda Bina Umat