GB.48 : 1, 2 – Berdoa
ARAH YANG TIDAK TEPAT
Amsal 21 : 4
“Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa” (ay. 4)
Pada tahun 2003 jalan dari Sosok ke Entikong yang diberikan penerangan adalah bagian jalan yang melintasi pemukiman. Tidak ada penerangan di bagian jalan yang melintasi hutan. Demikian juga pada bagian antara desa Kasromego dan desa Kenaman. Bagian kiri dan kanannya adalah hutan dengan pohon-pohon besar. Bila hendak mengendarai motor di bagian jalan itu di malam hari, sebaiknya dipastikan bahwa lampu dalam keadaan baik. Jika tidak mau salah arah di perjalanan, kita harus mengandalkan penerangan yang baik. Jika lampu mendadak mati dan harus mendorong motor, berharaplah ada cahaya purnama dan tidak ada ular sepanjang 5 meter sedang menyeberangi jalan.
Setiap orang membutuhkan arahan dalam mengambil keputusan. Arahan itu bisa datang melalui keluarga, teman, rekan kerja, bahkan orang asing sekalipun. Jika Tuhan berkenan, arahan dari mereka akan mengantar pada hal-hal yang jauh lebih baik. Namun, tidak jarang seseorang lebih suka diarahkan oleh pikirannya sendiri. Pengambilan keputusan juga didasarkan pada kemauan sendiri. Merasa pandangannya lebih baik dari orang lain, ditambah percaya diri sendiri dan tidak menyerahkan pada kehendak Tuhan adalah awal dari arah tujuan yang tidak sesuai sasaran. Tujuan yang tidak tepat dengan sasaran bukan saja memengaruhi masa depan, tapi juga orang lain. Iya, kalau jadi lebih baik, tapi kalau tidak? Benih kesombongan ada dalam pikiran setiap orang yang terlalu percaya diri dan hanya melihat bahwa dirinya yang paling baik dari yang lain. Juga ada di hati setiap orang yang memandang rendah orang lain. Ketika kesombongan telah menguasai pikiran dan hati seseorang, maka dia tidak lagi dalam arah tujuan yang tepat.
GB.48:3,4
Doa : (Tuhan, jangan biarkan kami hanya mengandalkan pikiran dan perasaan kami. Ingatkan kami untuk selalu menyerahkan keputusan kami dalam tuntunan-Mu)
Source: Sabda Bina Umat