MINGGU XIX SES. PENTAKOSTA
♪KJ.384 : 1,2 – Berdoa
Hosea 11 : 1 – 4
Kasih Allah Bapa
Menurut tradisi yang dikenal, bahwa pemilihan Israel sebagai umat Tuhan terjadi ketika mereka meninggalkan tempat perhambaan di Mesir (lihat Kel 4:22). Hosea memberitakan bahwa hubungan Tuhan dengan umat Israel seperti bapa dan anak, bukan lagi sebagai suami-isteri (seperti dalam pasal 1-3). Sebagai “bapa”, Allah mengasihi Israel sejak kecil dan memanggil “anak”-Nya itu dari Mesir (ay.1); mengajarnya berjalan dan menggendongnya (ay.3); menarik mereka dengan tali kesetiaan dan ikatan kasih (ay.4); dan berkorban baginya (mengangkat kuk dan membungkuk) (ay.4). Namun demikian, selaku anak, Israel justru makin menjauh dari Tuhan, dan mempersembahkan kurban kepada Baal. Israel juga membakar kurban kepada patung-patung (ay.2); serta tidak insaf bahwa Tuhan yang menyembuhkannya (ay.3b).
Mengapa Tuhan menggambarkan hubungan-Nya dengan umat-Nya seperti bapa-anak, bukan sebagai suami-isteri sebagaimana yang dinyatakan dalam pasal 1-3? Mari kita coba pikirkan sejenak tentang perbedaan antara “suami-isteri” dengan “hubungan bapa-anak”. Hubungan sumai-isteri tidak selalu hubungan yang abadi. Hubungan itu bisa putus karena perceraian. Hubungan bapa-anak tetap abadi dan tidak ada yang dapat memutuskannya, sekalipun oleh perceraian.
Apakah kaitan antara konsep “hubungan bapa-anak” ini dengan sikap Tuhan terhadap dosa dan ketidaksetiaan umat Israel? Betul, bahwa bangsa Israel, selaku umat Tuhan berdosa dan tidak setia kepada Dia, serta akan dihukum oleh-Nya. Namun demikan Tuhan akan tetap mengasihi mereka. Kasih Tuhan mengalahkan kedegilan umat-Nya. Karena hubungan Tuhan dengan umat-Nya yang dugambarkan sebagai bapa-anak itu tidak akan pernah terputus. Karena Tuhan tetap mengasihi, maka janganlah hal ini menjadi alasan bagi kita untuk berbuat dosa. Kasih harus dibalas dengan kasih.
♪KJ.384 : 3,4
Berdoa : (Ya Bapa, kami adalah anak-anak-Mu, karena itu mohon berilah tuntunan untuk menurut akan kehendak-Mu)