GB.117 : 1,2 – Berdoa
MENYADARI KEANGKUHAN
Yeremia 49:14 – 16
“Sikapmu yang menggemetarkan orang memperdayakan engkau, dan keangkuhan hatimu,…”(ay.16a)
Bagalmana rasanya bila semula ditinggikan dengan penuh kebanggaan, lalu dljatuhkan dengan cara memalukan? Bisa dipastikan, seseorang akan merasa malu dan marah. Mungkin rasa malu dan marahnya bisa berlipal-lipat ganda, bila yang meninggikan itu bukan orang lain, tetapi dirinya sendiri.
Di tengah memanasnya situasi politik saat itu, Edom merasa percaya diri sekali. Ancaman serangan Babel ke Yehuda tidak terlalu membuat Edom merasa gentar. Sebaliknya, Yehuda merasa gentar. lman mereka pada Tuhan surut, karena mereka telah berpaling pada ilah-ilah buatan tangan manusia yang tidak memiliki kekuasaan apa pun. Ini adalah kesempatan yang ditunggu oleh Edom setelah selama ini mereka berada di bawah kekuasaan Israel dan Yehuda. Malah Edom lebih senang bila Babel menghancurkan Yehuda seperti kehancuran yang dibuat oleh Asyur pada Israel Utara. Dengan demikian, Edom akan menjadi bangsa yang bebas.
Edom tidak merasa gentar bukan karena iman pada Allah, tetapi karena alam yang mereka miliki. Daerah pegunungan batu dan rumah-rumah di atas gunung-gunung batu membuat Edom percaya diri bahwa Babel akan kesulitan menaklukkan mereka. Mereka percaya pada diri mereka sendiri sepenuhnya.
Dalam sikap angkuh demikian, Yeremia menubuatkan kehancuran Edom. Mereka akan diturunkan dari kebanggaan mereka. Keperkasaan mereka akan dilemahkan dengan cara yang memalukan. lni adalah sikap Tuhan pada Edom; sebuah kemurkaan Tuhan atas perilaku Edom kepada umat-Nya.
Peringatan yang diterima Edom pun akan diterima oleh kita semua. Ketika kita mengangkat diri kita sendiri setinggi-tingginya dengan keangkuhan, maka ada saat yang tidak kita duga ketika Tuhan akan rnenurunkan kita serendah-rendahnya. Masalahnya, apakah kita sadar sedang bersikap angkuh?
GB.117:3,4
Doa : (Tuhan, ajarlah kami untuk menyadari keangkuhan kami)
Source: Sabda Bina Umat