Minggu III Sesudah Epifania
Sabtu, 27 Januari 2018
Renungan Pagi
KESUDAHAN ORANG FASIK, PASTI!
Ayub 21:16-26
“Betapa sering pelita orang fasik dipadamkan, kebinasaan menimpa mereka, dan kesakitan dibagikan Allah kepada mereka dalam murka-Nya!” (ayat 17)
Siapakah yang disebut orang fasik? Menurut kitab Ayub, orang fasik adalah orang yang tidak mengindahkan Allah. Mereka menuruti pikiran dan keinginannya sendiri yang jahat. Sebab itu, orang fasik tidak akan mujur untuk selamanya! Meskipun hidup mereka tampak sejahtera dan bahagia, namun semua itu sia-sia dan semu belaka. ‘Pelita’ mereka yakni segala sesuatu yang mereka miliki dan banggakan pada akhirnya akan dipadamkan atau diambil oleh Allah (ayat 17). Bahkan mereka sendiri akan melihat kebinasaan menimpa keturunannya (ayat 19-20). Inilah hukuman yang akan Allah berikan kepada orang fasik demi menegakkan keadilan-Nya dan untuk memulihkan keadaan orang-orang benar yang tertindas.
Berdasarkan kesaksian Ayub tersebut kita belajar: pertama, Allah tidak membiarkan orang fasik dan perbuatannya. Allah akan mengganjar orang fasik dengan setimpal supaya mereka menjadi sadar, baik tentang perbuatan mereka maupun tentang dampak yang mereka timbulkan bagi sesamanya (ayat 19). Kedua, Allah tahu berlaku adil. Kita tidak perlu meragukan kemahakuasaan Allah! Sebab Ia mengetahui semua langkah manusia di dunia. Tidak ada satu pun yang luput dari pandangan dan pengetahuan-Nya. karena itu sia-sialah kita yang mengira bahwa kita dapat menyembunyikan perbuatan fasik dari Allah dan luput dari ganjaran-Nya. Ketiga, nasib semua manusia sama, yakni mengalami kematian (ayat 22—26). Meski demikian, Allah tahu bagaimana memberi upah bagi orang benar dan orang fasik.
Saudaraku, hari ini kita masih diberikan kesempatan oleh Allah, termasuk kesempatan untuk menyadari dan menyesali segala tingkah laku kita yang fasik di hadapan-Nya. Mari manfaatkan kesempatan yang ada. Jangan menunda apalagi menyia-nyiakannya! Hidup ini hanya sementara. Mari lakukan apa saja yang berguna bagi Tuhan dan sesama. Maka kita tidak akan pernah menyesal dan tetap mampu percaya kepada keadilan Tuhan di tengah realitas dunia yang carut marut oleh kefasikan manusia. Selamat berkarya!
Source: Sabda Bina Umat