MINGGU VI PRAPASKAH
KJ.302 : 1 – Berdoa
PENGAMPUNAN MENDAHULUI PERSEMBAHAN
Matius 5:23-24
tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai (ay.24)
Persembahan adalah salah satu bagian penting dalam ibadah yang melaluinya kita menyatakan rasa syukur dan kasih kita kepada Allah. Karena itu, Taurat menyatakan supaya persembahan dipersiapkan dengan seksama, baik kuantitas maupun kualitasnya. Sebab Allah berkenan kepada mereka yang dengan tulus dan rela memberikan persembahan terbaik kepada-Nya. Meski demikian, Yesus dalam khotbah-Nya di bukit mengingatkan kita bahwa persembahan bukanlah satu-satunya hal penting dalam ibadah kepada Allah. Mengapa? Karena ibadah kepada Allah tidak hanya mengandung dimensi vertikal, yaitu relasi manusia dengan Allah. Tetapi juga dimensi horizontal, yaitu relasi dengan sesama manusia. Itu berarti persembahan kita kepada Allah harus diikuti dengan hidup persaudaraan yang rukun dengan sesama. Bagaimana caranya? Yesus menyarankan 4 langkah.
Pertama, mengingat perasaan sesama tentang kita (ay.23). Mengingat berarti membawa kembali memori kita pada peristiwa yang telah lalu. Dengan mengingat, kita mampu untuk menyadari perkara-perkara apa saja yang belum terselesaikan dengan sesama kita, termasuk perselisihan. Bahkan kita pun termotivasi untuk melakukan sesuatu saat ini.
Kedua, tinggalkan persembahan di depan mezbah (ay.24). Tindakan ini kita lakukan bukan karena tidak mendahulukan Allah apalagi melalaikan kewajiban kepada Allah, melainkan karena kita tahu betapa Allah menginginkan sikap hati yang benar terhadap sesama ketika kita beribadah di hadapan-Nya. Selain itu, kita tetap meninggalkan persembahan di depan mezbah supaya kita tidak tergoda untuk menunda atau membatalkannya.
Ketiga, pergi untuk berdamai dengan sesama (ay.24). Maksudnya, kita dengan rela dan aktif berupaya untuk memulihkan relasi yang retak/hancur dengan sesama, meskipun kita sendiri (barangkali) tersakiti oleh perbuatannya. Barulah setelah itu, kita kembali untuk menyerahkan persembahan kepada Allah (ay.24). Artinya, tunaikanlah niat kita kepada Allah sama seperti kita tidak menunda-nunda untuk mengampuni dan berdamai dengan sesama. Selamat berdamai dan mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan dalam karya kita hari ini.
KJ.302 : 2,3
Doa : (Ya Allah, mampukanlah aku untuk berdamai dengan sesama, dan mempersembahkan yang terbaik sebagai ibadah kepada-Mu)
Source: Sabda Bina Umat