Minggu II Sesudah Paskah
Selasa, 17 April 2018
Renungan Malam
PASKAH SEBAGAI KEBANGKITAN UMAT
(Yosua 5 : 7 -12)
“…orang Israel merayakan Paskah…” (ay.10)
Di Gilgal, orang Israel merayakan Paskah pada tanggal 14 bulan Nissan (Maret-April) dengan makan roti tidak beragi selama satu minggu. Perayaan itu dilakukan sebagai tindakan Tuhan untuk menghapus cela atau dosa Mesir atas Umat (Bi1.14:13-16; UI.9:28). Perayaan Paskah seperti ini tidak dilakukan selama di padang gurun. Baru dirayakan lagi sebelum memasuki Kanaan. Perayaan itu ditandai pula dengan berhentinya Manna, makanan di padang gurun. Selanjutnya umat akan makan dari hasi I negeri itu, Tanah Kanaan. Dengan kata lain perayaan Paskah menandai bangkitnya umat Israel untuk mengolah tanah Kanaan tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk sesama. Mereka tidak lagi hanya mengharapkan “manna” dari Allah, tetapi bangkit dan bekerja keras untuk mengisi hidup ke depan bersama lingkungan. Paskah mem-punyai arti penting. Bukan hanya tanda pembebasan dari per-budakan tetapi juga memunculkan harapan baru ke depan. Harapan baru itu ialah mereka berada di dalam persekutuan di mana Allah memberlakukan kedaulatan-Nya atas bangsa-bangsa supaya melalui urnat-Nya, Allah dimuliakan. Bila di dalam Paskah Yahudi dipersembahkan kurban dan makan roti tidak beragi dengan sayur pahit, maka perayaan ini mendapat arti baru oleh Yesus Kristus. Kurban yang dipersembahkan Yesus bukan domba tetapi diri-Nya sendiri untuk menebus dosa dan menyelamatkan manusia. Se-hingga sebagai pengikut Yesus Kristus kita (=gereja) bertugas untuk menyatakan tanda-tanda Kerajaan Allah itu dengan me-neladani gaya hidup Yesus yang mengasihi dan menyelamatkan.
Source: Sabda Bina Umat