MINGGU ADVEN IV
SELASA, 26 DESEMBER 2017
Renungan Malam
MENCINTAI KELUARGA ALLAH
Lukas 3:23-38
“Ia adalah anak Yusuf, anak Eli…anak Adam, anak Allah” (ay.10)
Sekali peristiwa di Minggu Pertama bulan Januari 2017 yang lalu, saya ‘menikmati’ indahnya diorama kelahiran Yesus yang didekorasi di halaman depan – ruang terbuka – parkiran Gereja Katedral Makassar Jalan Kajaolalido. Seorang diri di terik siang hari perhatian saya tertuju pada patung bayi Yesus di palungan yang diletakkan berapit Maria dan Yusuf. Sekalipun diorama itu didekor lengkap dengan kehadiran para gembala dan para majus serta beragam hewan ternak, saya lebih tertarik untuk mendokumentasikan patung ‘Yesus dalam palungan yang berapit Ayah-Bunda-Nya’ untuk menambah koleksi di ‘galeri’ kamera. Tiba-tiba saya terkejut karena patung bayi Yesus dalam palungan itu bergerak-gerak terkesan ‘menggeliat’. Rupanya muncul seekor anak kucing dari balik palungan dan menyusul dua ekor lainnya. Saya tertawa geli seorang diri sekaligus bergumam, “Ada anggota ‘keluarga baru’… dari Nazaret!”.
Injil Lukas melukiskan silsilah Yesus berawal dari Adam sehingga menunjuk bahwa Yesus terkait dengan semua manusia bahkan dalam bingkai penegasan menjadi Keluarga Allah: …anak Adam, anak Allah (ayat 38). Keluarga Allah yang dibangun atas dasar belas kasihan Allah sendiri dan ketaatan untuk selalu berada dalam ikatan kasih-Nya itu. Dalam kehadiran-Nya di ruang publik Yesus pernah bersabda, “Orang-orang yang mendengar perkataan Allah dan melakukannya, merekalah ibu dan saudara-saudara-Ku” (Lukas 8:21 BIMK: LAI). Kabar Baik bagi bangsa-bangsa dalam Lukas ditegaskan kembali olehnya dengan menyaksikan bahwa Yesus membawa keselamatan bagi semua anak-anak Adam dalam bingkai Keutuhan Ciptaan semata-mata karena kerahiman Allah.
Peristiwa di 2 Januari 2017 dalam perjumpaan dengan ‘tiga anak kucing’ di sekitar palungan Yesus di halaman ‘parkiran’ gereja menginspirasi sejatinya Natal Yesus hadir di ruang terbuka publik. Gereja memaknainya dengan mengandalkan bahwa keluarga-kelaurga Kristiani pun siap membuka hati menyediakan ‘ruang jumpa’ dengan keragaman entitas. Sebagai Keluarga Allah yang turut membangun dan membentuk Pohon Keluarga Baru sebagai umat tebusan Allah.
Source: Sabda Bina Umat