Minggu V Sesudah Epifania
Selasa, 6 Februari 2018
Renungan Malam
JUANG DAN GUMUL HAMBA TUHAN
1 Raja-Raja 19:1-8
“Maka takutlah ia, lalu bangkit dan pergi, …sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb” (ayat 3, 8)
Nabi Elia diancam oleh Izebel, isteri raja Ahab, lalu ia pergi ke Gunung Horeb atau Gunung Sinai. Mengapa Izebel mengancam Elia untuk dibunuh? Dan mengapa Elia justru pergi ke Gunung Horeb setelah ia mendengar ancaman Izebel? Di tengah perjalanan itu Elia ingin mati. Ia memohon agar Allah mencabut saja nyawanya. Ada apakah dengan Elia, hamba Tuhan itu, sampai ia minta agar Tuhan mencabut saja nyawanya?
Izebel adalah isteri raja Ahab, putri dari Tirus (jadi bukan orang Israel). Ia pemuja dewa Baal. Ia memperkenalkan pemujaan Baal dan pembangunan tempat pemujaan Baal di Israel pada zaman pemerintahan Ahab. Di Alkitab tertulis bahwa Ahab adalah raja yang “melakukan apa yang jahat di mata Tuhan lebih daipada semua orang yang mendahuluinya” (1 Raj. 16:30). Wajarlah setelah menerima berita dari Ahab, maka Izebel bernazar untuk membunuh Elia esok harinya. Ancamannya amat serius, apalagi dialah isteri raja yang berkuasa, akibatnya Elia pergi ke Gunung Horeb (Sinai). Tempat Tuhan menyatakan diri kepada Musa dan menurunkan Hukum Taurat, jadi suatu tempat kudus bagi umat Israel. Pergi ke Gunung Sinai berarti pergi mencari Tuhan dan kehendak-Nya. Jika Ahab, Izebel isterinya, dan para pemuja di Israel mencari Baal, maka sebaliknya Elia justru mencari Tuhan dan kehendak-Nya.
Mungkin ada warga jemaat berpikir bahwa pergumulan iman hanya dialami oleh warga jemaat biasa. Tidak! Pergumulan itu dialami oleh semua orang beriman, juga dialami oleh hamba-hamba Tuhan. Bahkan Yesus sendiri mengalami pergumulan di Taman Getsemani. Mengapa? Sebab, tanggungjawab orang beriman itu sungguh amat berat! Jika orang sungguh beriman, maka ia akan mengalami pergumulan hebat, apalagi jika ia hidup di tengah masyarakat masa kini yang semakin tidak takut kepada Tuhan.
Source: Sabda Bina Umat