MINGGU X SES. PENTAKOSTA
♪ KJ. 230 : 1, 2, 3 – Berdoa
Memberlakukan Nilai-Nilai Kemanusiaan
Kisah Para Rasul 17 : 24 – 25
Salah satu model dialog masyarakat pluralis, adalah sering memperlihatkan sikap berdamai, hangat di mana semua agama berbeda, tetapi memiliki kesaksian tentang pengalaman mistis yang sama-sama valid, sehingga berbagai apologetika dan argumen di antara mereka dapat dihindari (Paul. F. Knitter). Frasa ini menjadi fakta pada kelompok masyarakat toleran, tetapi tidak bagi keIompok radikalis. Lihatlah: orang Yahudi di Berea lebih baik hatinya daripada mereka yang di Tesalonika (ay. 11).
Keributan di Tesalonika terkait pemberitaan Injil Kristus, hampir berulang di Atena. Ini terlihat dari dialog Paulus dengan orang Yahudi, Yunani, para filsuf golongan Epikuros dan Stoa yang semakin memanas hingga membawa Paulus ke Areopagus untuk mempertanggungjawabkan pengajarannya (ay. 17 – 20). Hal penting disampaikan Paulus saat itu adalah Allah berdiam di takhta kemuIiaan-Nya, bebas tidak dikendalikan oleh manusia. Dari situlah dan dalam kedaulatan-Nya, la menjadikan bumi, langit dan segala isinya tanpa campur tangan manusia. Allah memberi nafas sehingga manusia menjadi makhluk hidup, dan dalam kemurahan-Nya, Allah memelihara manusia dengan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Inilah nilai universal yang diakui oleh semua orang. Agama menjadi relevan ketika bersentuhan dengan nilai-nilai universal kemanusiaan, sebab realitas iman secara praktis ditemukan hanya dalam hubungan hidup manusia sehari-hari dengan TUHAN, Penciptanya (Yak. 2 : 22).
Jika hidup di tengah masyarakat plural hanya menyoal perbedaan, terutama keyakinan, maka yang akan terjadi adalah kebencian, kecurigaan, ketegangan, konflik dan permusuhan. Mari bersyukur atas keragaman manusia, dengan berbuat bagi sesama, sehingga damai-Nya tercipta dan dirasakan bersama.
♪ KJ. 255 : 1, 2, 3
Doa : (Bimbinglah kami ya TUHAN membangun hidup yang baik dan toleran dengan semua orang di sekitar kami, agar damai-Mu terwujud bagi kebahagiaan bersama)