MINGGU XXIV SES. PENTAKOSTA
♪ KJ. 85 : 1 – Berdoa
Pemimpin Yang Rela Berkorban
Saudaraku, ada pepatah mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Maknanya, supaya kita saling membantu menanggung beban dalam menghadapi tantangan. Ada beberapa hal yang diperlukan agar itu dapat terwujud yakni, satu perasaan, pemikiran, dan tujuan, serta yang tidak kalah penting adalah rela berkorban. Percuma kita memiliki satu perasaan, tujuan, dan pemikiran jika tidak mau berkorban.
Saudaraku, seseorang yang tidak rela berkorban membuktikan bahwa ia masih dikuasai oleh egoisme. Orang-orang semacam ini banyak kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat bahkan bergereja. Pertanyaannya adalah apakah sifat egois seseorang dapat dihilangkan? Tentu saja tidak. Egoisme merupakan hal yang alami ada dalam diri seseorang untuk bertahan hidup. Namun demikian, setiap kita dapat meminimalisirnya dengan mengingat kasih dan pengorbanan Tuhan Yesus Kristus, Sang Kepala Gereja. la adalah Pemimpin Sejati yang rela berkorban.
Saudaraku, jika kita membaca nas renungan ini, maka pikiran kita akan tertuju kepada sosok Yesus Kristus. Yesus pernah dihina, dibenci, bahkan diludahi oleh banyak orang. la mengalami sengsara dan menanggung derita kesakitan karena tubuh-Nya dicambuk dan akhirnya disalibkan. Apakah Yesus layak mendapatkan semua itu? Tentu tidak. la tidak melakukan kesalahan dan tidak berbuat dosa. Yesus harus menerima semua itu karena pemberontakan dan kejahatan yang kita lakukan.
Saudaraku, jika Yesus Kristus rela mengorbankan diri-Nya bagi umat yang dikasihi-Nya maka, seharusnya kita juga rela berkorban. Pertanyaan reflektif untuk kita sebelum beristirahat malam adalah, apakah kita sudah rela berkorban pada hari ini? Jika belum, marilah berkomitmen untuk rela berkorban, karena kita adalah pemimpin bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, bahkan gereja.
♪ KJ. 85 : 3, 5
Doa : (Tuhan Yesus, kami bersedia berkomitmen untuk rela berkorban hanya demi kemuliaan nama-Mu)