SENIN, 30 JULI 2018
Renungan Malam
KJ.440 : 1 – Berdoa
TIDAK MENGOSONGKAN DIRI DENGAN TUHAN
Kejadian 16:7-16
“Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.” (ay.8b)
Akibat memandang rendah nyonyanya, yang oleh nyonyanya dianggap sebagai penghinaan, maka Sarai menolak Hagar. Itu akibat dari sikap Hagar yang memandang rendah nyonyanya. Ia ditindas. Hagar tidak bisa tidak berbuat lain, kecuali harus lari meninggalkan nyonyanya. Sebagai budak, ia tidak berdaya rnenghadapi sikap nyonyanya. Ia tidak hanya lari dari sesamanya, tetapi ia juga lari dari Tunannya. la tidak manyadari bahwa hidupnya tidak hanya herhubungan dengan sesamanya, akan tetapi juga berhubungan dengan Tuhannya. Ia bisa merasa selesai persoalannya dengan melarikan diri dari sesamanya. Ia tidak menyadari bahwa hidupnya juga berhubungan dengan Tuhannya. Dari situlah persoalan Hagar mulai. Malaikat Tuhan menyapanya dan menyuruhnya kembali ke dalam situasi yang ia pahami sebagai “penderitaan.” Padahal bagi Tuhan situasi itu bukannya penderitaan melainkan berkat. Melalui penderitaannya itu, akan lahir kebahagiaan. Ia dijanjikan bahwa keturunannya akan menjadi sebuah keturunan yang besar melaiui anaknya Ismael. Kebesarannya digambarkan sebagai keledai liar.
Keledai adalah binatang pembawa beban yang tangguh. Keturunannya bukan saja tangguh, akan tetapi lebih dari tangguh. Keledai liar. Itu kaiau Hagar mau menjalani “penderitaan” itu. Manusia sering tidak menyadari bahwa hidupnya tidak hanya berhubungan dengan sesamanya saja, akan tetapi juga dengan Tuhan. Yang terjadi biasanya parsoalan dengan sesamanya lebih menguras tenaga dan pikirannya, sehingga melupakan hubungan dengan Tuhan. Persoalan dengan sesamanya dilihat sebagai penderitaan yang sangat berat, sehingga lupa bahwa Tuhan sedang merajut masa depannya yang baik. Orang hanya butuh kesediaan untuk melihat masalahnya dalam perspektif yang lebih luas dan bersabar mengantisipasi karya Tuhan yang besar setelah “penderitaan” dengan sesama itu.
KJ.440:2
Doa : (Ajari kami, ya Tuhan, untuk memahami karya Tuhan yang tersembunyi dalam kehidupan kami)
Source: Sabda Bina Umat