MINGGU ADVEN Il
♪ KJ. 87 : 1, 2 – Berdoa
Matius 12 : 1 – 8
Hidup Penuh Belas Kasihan
Orang Farisi mengamati perilaku murid-murid Yesus. Mereka suka sekali menghakimi orang yang kedapatan melanggar aturan Taurat. Murid-murid Yesus pun mendapat perlakuan demikian. Tindakan memetik bulir gandum dinilai sebagai pelanggaran terhadap kekudusan Sabat. Dengan memetik, para murid dianggap sedang bekerja menuai gandum. Jadi tindakan para murid tidak dapat dibenarkan dengan alasan apa pun. Orang Farisi menyudutkan Tuhan Yesus dengan pemahaman mereka.
Tuhan Yesus tidak berdiam diri. la menjawab dengan mengingatkan kisah raja Daud dan tentaranya yang makan roti sajian Bait Allah saat mereka lapar. Raja Daud tidak dianggap bersalah (baca 1 Sam.21:6; Kel.29:33). Begitu juga yang diperbuat para imam, ketika bertugas menyembelih, membakar dan menguliti hewan yang dipersembahkan untuk ibadah harian di Bait Allah. Tindakan imam-imam itu tidak dipandang sebagai pelanggaran terhadap kekudusan Sabat. Pernyataan Tuhan Yesus hendak menegaskan otoritas diri-Nya yang melebihi Bait Allah. Tuhan Yesus adalah Penguasa atas hari Sabat. Belas kasihan terhadap yang menderita lebih utama dibanding persembahan korban di Bait Allah.
Tabiat orang Farisi kadang masih dapat ditemukan pada segelintir pejabat gereja. Mereka memegang aturan secara ketat dan tidak memberi ruang kebebasan sedikit pun. Aturan gereja menjadi segalanya, bahkan hukum taurat baru yang kehilangan sentuhan belas kasihan. Hidup dalam belas kasihan kadang dianggap sebagai kelemahan. Padahal belas kasihan itu kekuatan bagi orang percaya untuk peduli terhadap mereka yang terdampak akibat pandemi Covid-19. Belas kasihan memampukan kita mendukung sepenuh hati saudara-saudara yang tergoncang, karena terpapar Covid-19. Bukan menjauhinya, apalagi menutup diri untuk berbagi berkat.
♪ KJ. 87 : 3, 4, 5
Doa : (Bapa, mohon celikkanlah mata rohani kami, agar dapat mengasihi saudara-saudara yang menderita dan membutuhkan pertolongan)